Sebuah kisah nyata terjadi di Teluk Dalam, Nias, pada 2 orang anak yang bernama Sehati dan Vivin. Mereka kehilangan ayah dan ibu sejak Sehati kelas 2 SD. Mereka hidup terlantar bertahun-tahun mengharapkan makanan dan bisa sekolah. Singkat cerita di suatu waktu mereka hanya memiliki sedikit uang untuk membiayai salah satu dari mereka untuk bersekolah. Sehati, sang kakak menginginkan Vivin, sang adik untuk sekolah lebih dulu. Lalu Sehati bekerja mencari uang walau hanya lulus SMP agar Vivin dan dirinya bisa sekolah. Pada akhirnya Sehati bisa sekolah namun saat dia masuk ke SMA, adiknya Vivin sudah kuliah. Pada saat kesaksian, Vivin sambil menangis berkata bahwa ia sangat bangga pada kakaknya karena Sehati mau berkorban bagi dirinya, Vivin menganggap Sehati sebagai pengganti Papa dan Mama. Terlihat juga saat kesaksian, sandal yang dipakai Vivin adalah sandal merk bagus dan sandal yang dipakai Sehati harganya murah. Sehati bahkan memberikan Vivin yang terbaik dan rela dirinya tidak mendapatkan yang baik.
Semoga kisah ini menginspirasi teman-teman hari ini, bahwa tidak ada alasan kita untuk tidak mengasihi saudara kita. Kita belajar dari Sehati yang mau berkorban untuk saudaranya. Ia rela ‘dibully dan ditertawakan’ karena demi menyekolahkan adiknya, ia jadi terlambat masuk sekolah. Pengorbanannya besar dan semua orang berdecak kagum padanya. Sehati adalah panutan bagi adiknya, Vivin. Apabila kamu adalah seorang kakak bagi adik kamu, apakah kamu mengasihi adik kamu? Apabila kamu adalah adik bagi kakakmu, apakah kamu sudah bersyukur dan juga mau mengasihi kakak kamu? Berbuat baik kepada semua orang itu harus, dan dimulai dengan mengasihi saudara-saudara kamu. Mari kita saling mengasihi saudara kita dengan berbuat baik bagi mereka. [EZ]