Dalam hidup ini, kita mungkin pernah mengambil sebuah keputusan yang salah. Keputusan yang kita buat malah menjerumuskan kita ke dalam berbagai kesukaran dan kerugian besar. Bacaan Alkitab kita hari ini memberitahu dan mengajarkan satu hal yang penting, bahwa ketika kita tidak bertanya dan mengikuti panduan Tuhan, kita jadi mengerti bahwa tidak semua kesukaran dan kerugian datangnya dari Tuhan. Tidak hanya mengajarkan, firman Tuhan juga memberikan petunjuk tentang apa yang dapat kita perbuat ketika kita salah melangkah.
Melalui Rasul Paulus, Tuhan memberikan pimpinan-Nya tentang apa yang harus diperbuat. Sayangnya, Perwira Yulius lebih percaya dan mengikuti arahan jurumudi dan nakhoda kapal. Sepanjang Kisah Para Rasul 27, kita bisa membaca bahwa keadaan mereka di kapal didominasi kesukaran bahkan nyawa mereka terancam. Mungkin keputusan yang pernah kita buat juga membawa kita pada kesukaran yang tak berujung, namun lihatlah apa yang Rasul Paulus katakan, "Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak seorangpun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini." Kata "bertabah hati" berasal dari kata "euthumeo" yang berarti tetap bergembira, tidak kehilangan sukacita, dan tidak patah semangat. Ini penting bagi kita, di tengah kesukaran yang melanda hidup, jangan sampai kita kehilangan sukacita dan semangat. Sukacita dan semangat akan menjadi daya dorong kita untuk tetap melakukan tindakan-tindakan yang sesuai petunjuk Allah ke depannya. Di samping itu, Rasul Paulus juga terus memperingati perwira dan para prajuritnya untuk tetap taat pada setiap petunjuk yang telah Allah berikan melalui dia. Sedikit demi sedikit, ketaatan mereka atas petunjuk Rasul Paulus membuahkan hasil. Nyatalah janji Allah, bahwa tidak seorangpun di antara mereka yang akan binasa, kecuali kapal itu. Janji yang sama berlaku bagi kita, kesukaran hidup tidak akan membinasakan hidup kita jika kita tetap bertabah hati dan taat pada setiap petunjuk-Nya. [LS]