Steve Job pernah berkata, "Jika ini adalah hari terakhir dalam hidupku, apa yang akan aku perbuat?" Mengingat kematian adalah sarana yang membantu Steve membuat keputusan besar dan membawa perubahan yang baik dalam hidupnya. Tahun 2004 ia divonis kanker. Ketika itu dokter berkata bahwa penyakitnya tidak bisa disembuhkan dan sisa hidupnya hanya tinggal enam bulan. Walaupun hasil pemeriksaan kedua menyatakan penyakitnya bisa disembuhkan, baginya itu merupakan momen terdekatnya dengan kematian. Itu sebabnya ia berkata, "Waktu hidup kita sangatlah terbatas."
Jika hari ini adalah hari terakhir kita, apakah kita sudah siap menghadapinya? Penulis Yakobus mengingatkan kita bahwa hidup kita ini sama seperti uap, yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Setiap kita tidak tahu apa yang akan terjadi di hari esok. Lalu apakah yang menjadi arti hidup kita? Ini harus menjadi perenungan kita selalu. Sebagaimana yang diungkap oleh pemazmur, "Ajari kami menghitung hari-hari kami dan menyadari betapa sedikitnya hari-hari itu! Tolonglah kami untuk menjalani hidup sebagaimana patutnya!" (Mazmur 90:12 FAYH). Hidup adalah kesempatan untuk mengisinya dengan hal-hal sebagaimana patutnya, yang sesuai dengan kehendak Tuhan dan berkenan pada-Nya. Marilah kita merefleksikan adakah kesempatan dalam hidup yang tidak kita pakai sepatutnya. Hidup kita yang singkat ini akan berlanjut menuju kekekalan. Betapa sia-sianya jika hidup yang begitu singkat ini kita isi dengan hal-hal yang buruk dengan tidak mengasihi, tidak mau berkorban, dan tidak menjadi pribadi yang baik. Tetapi lebih daripada itu, bayangkanlah betapa panjangnya masa kekekalan kelak untuk menyesali kehidupan yang sia-sia. [RS]