Banyak orang Kristen yang berdoa, tapi apa yang didoakan tak kunjung membawa perubahan dalam hidupnya. Seperti yang Rasul Yakobus katakan, "atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa." Salah satu kesalahan kita dalam berdoa adalah berdoa tanpa ketekunan. Terlalu sering kita memanjatkan doa karena formalitas tanpa atensi.
Pergumulan Yakub dengan malaikat menjadi ilustrasi yang jelas tentang doa yang sungguh-sungguh dan berhasil. Ini sepatutnya menjadi contoh bagi kita, bahwa energi dan ketekunan harus menjadi ciri doa kita. Terlepas dari betapa sakitnya Yakub dalam pergulatan itu, ia tidak berhenti sampai ia mendapatkan berkat. Doa Abraham tidak kalah mengesankan. Ketika Abraham mencapai titik tertentu dalam doanya kepada Tuhan, Kejadian 18:33 menjelaskan bahwa akhirnya Tuhan pergi meninggalkan persekutuan dengan Abraham. Cawan doa Abraham sudah penuh, ia sudah tidak perlu lagi meminta. Tuhan segera mengabulkannya. Cawan doa penuh ketika kita berdoa dengan ketekunan. Jadi selain kualitas, hal yang penting dalam doa adalah intensitas. Sebab jawaban yang instan tidak selalu menjadi cara Tuhan dalam menjawab doa umat-Nya. Ada banyak alasan yang lebih mulia ketika Ia mengijinkan kita untuk terus bertekun dalam doa. Bertekun memang bukan hal yang mudah. Lawan dari ketekunan adalah ketidaksabaran, dan ketidaksabaran seringkali berujung pada keputusasaan. Oleh karena itu Rasul Paulus mengingatkan kita untuk senantiasa bersukacita dalam pengharapan, bersabar dalam kesesakan, dan bertekun dalam doa. Seperti Abraham dan Yakub yang tekun dalam doa, cara yang sama juga harus kita praktikkan dalam kehidupan doa kita. [LS]