Gipsy Smith pernah bercerita tentang pertobatan pamannya. Di dalam kelompok Gipsy, anak-anak tidak boleh berbicara kepada orang yang lebih tua, kecuali jika diajak berbicara lebih dahulu. Karena itu, Gipsy yang saat itu masih muda mulai mendoakan pamannya dan selalu menunggu ada kesempatan untuk berbicara. Suatu hari pamannya bertanya pada Gipsy, "Mengapa celana panjang bagian lututmu sudah robek, sedangkan bagian lainnya masih bagus?" Gipsy pun menjawab, "Bagian lutut itu rusak karena aku pakai untuk berdoa bagimu Paman, dan aku sangat berharap agar Tuhan menjadikan paman seorang Kristiani." Pamannya pun merangkul Gipsy dan hal itu menjadi langkah awal di mana sang paman akhirnya mengakui Kristus sebagai Juru Selamat. Doa yang dipanjatkan Gipsy memberi dampak besar bagi kehidupan pamannya.
Kisah Gipsy menjadi dorongan tersendiri bagi kita untuk mendoakan sesama. Mendoakan keluarga dan saudara seiman merupakan tindakan yang penting. Dalam hal ini, Yesus telah menjadi teladan kita. Ketika ada di dunia ini, Yesus banyak berdoa dan mendoakan sesamanya. Ia berdoa untuk kesembuhan, pemulihan, pertobatan, dan kesatuan para murid-Nya, juga untuk menguatkan sesama, bahkan bagi mereka yang menganiaya-Nya. Suatu kali, Yesus menyinggung perbuatan Petrus yang hendak menyangkal-Nya. Tetapi karena Yesus tahu, maka sebelumnya Ia telah mendoakannya. Ucap-Nya kepada Petrus, "Tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu" (Lukas 22:32). Pesan Yesus untuk menguatkan saudara-saudara lainnya perlu kita pegang. Dalam hubungan kita dengan sesama, tentu ada hal-hal yang perlu kita doakan tentang mereka, entah itu pertobatan, kesembuhan atau pemulihan. Apa yang telah Yesus lakukan, patut kita teladani. Mungkin tidak semua dari kita memiliki karunia menginjili atau menyembuhkan orang, namun setiap kita bisa dipakai Tuhan untuk mendoakan mereka agar mendapat pemulihan. Marilah kita berdoa untuk mereka! [RS]