Frater Lawrence merupakan seorang biarawan abad 17. Hidupnya sangat sederhana. Di tahun-tahun terakhir hidupnya, ia bekerja di dapur sebagai juru masak dan membuat sandal. Tetapi, pembuat sandal yang rendah hati ini memiliki pengaruh yang signifikan tidak hanya di kalangan orang miskin. Banyak orang terpelajar, religius, dan gerejawi yang mengakui dia, salah satunya uskup agung Katolik Roma Francois Fenelon. Banyak orang mengingatnya karena kebijaksanaan, kegembiraannya yang menular, dan keintimannya dengan Tuhan yang tercermin dari kedamaian batinnya. Father Joseph de Beaufort mengenang bahwa perkataan Lawrence mengandung kebijaksanaan yang tidak biasa. Penerjemah Robert J. Edmonson terpesona dengan kedalaman cinta Lawrence kepada Tuhan yang tercermin dalam hidup yang taat, rendah hati, dan memperhatikan orang lain. Terlepas dari posisinya yang biasa saja di dalam kehidupan dan biara, karakternya menarik banyak orang kepadanya untuk mencari nasihat dan bimbingan spiritual. Setiap catatan percakapan dan surat-surat Lawrence akhirnya menjadi dasar buku The Practice of the Presence of God yang disusun oleh Father Joseph de Beaufort setelah Lawrence meninggal.
Kunci dari hidup Frater Lawrence yang dapat kita teladani adalah ia telah belajar merasakan dan menikmati Tuhan di dalam setiap tugas besar dan kecil. Hendaknya setiap tindakan dan perilaku kita sehari-hari, baik itu hal sekuler mau pun religius, hal besar atau hal kecil, menyenangkan maupun tidak menyenangkan, harus dijadikan ekspresi penyembahan dan rasa syukur. Inilah yang dinamakan mempraktikkan kehadiran Tuhan, ini secara otomatis menjadi daya tarik tersendiri bagi sekitar kita di mana orang-orang jadi bisa merasakan kehadiran Tuhan melalui sikap hidup kita. Bukankah ini yang seharusnya terjadi dalam hidup apabila kita senantiasa menghayati kehadiran Tuhan di setiap hal yang kita kerjakan? Galatia 5:22-23 versi The Message menggambarkan bahwa jika kita memilih jalan Tuhan dalam menjalani hidup, Ia membawa hadiah ke dalam hidup kita, bak buah yang muncul di kebun, hal-hal seperti kasih sayang kepada orang lain, kegembiraan tentang hidup, dan ketenangan. Kita akan mendapati diri terlibat dalam komitmen yang setia, tidak memaksakan jalan hidup kita, dan mampu mengatur serta mengarahkan energi kita dengan bijak. Inilah buah dari hidup yang menghayati kehadiran ilahi di dalam keseharian kita. Tidak peduli sesederhana atau serutin apa pun aktivitas yang kita lakukan, baik itu bekerja di kantor hingga larut malam, mengemudi pada jam sibuk, berbelanja kebutuhan bulanan, menggunakan media sosial dan lain sebagainya, jadikanlah itu kesempatan untuk mempraktikkan kehadiran Allah, dan kita akan melihat bagaimana kehidupan kita akan berdampak bagi orang lain. [LS]