Hampir semua manusia, cepat atau lambat akan mengalami hal yang menyedihkan di dalam hidup ini. Bentuknya bermacam-macam, entah itu kehilangan pekerjaan, bisnis yang gagal, sakit kronis, meninggalnya orang yang kita kasihi, dan lain sebagainya yang dapat terjadi dengan tiba-tiba, dan tidak jarang membuat kita bertanya, "Mengapa ini terjadi?"
Ayub mengalami begitu banyak kesusahan dalam waktu sekejap. Anak-anaknya meninggal, ia kehilangan harta benda (Ayub 1:13-16), dan akhirnya kesehatannya pun memburuk (Ayub 2:7). Dengan segala yang dialaminya, kita dapat memahami jika Ayub marah terhadap Tuhan atau dipenuhi keraguan apakah Tuhan sedang menghukumnya. Tetapi ternyata Ayub tidaklah demikian. Sebaliknya, ia menyembah Tuhan (Ayub 1:20). Di saat terendahnya, Ayub memperkatakan otoritas Tuhan atas semua keadaan hidup, "Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil; terpujilah nama Tuhan" (Ayub 1:21). Ayub benar-benar memahami kemakmuran yang ia miliki sebelumnya adalah berkat dari Tuhan, sekaligus bukan menjadi ukuran kemurahan Tuhan. Kita bisa belajar dari Ayub. Kita menerima otoritas Tuhan sepenuhnya. Saat kita mengalami kesukaran dan kesusahan, mintalah kepada Tuhan untuk menolong kita agar kita tidak menjadi getir, agar Ia mengisi kita dengan Roh-Nya, dan percaya akan setiap penyertaan-Nya. Seperti yang kita baca dalam Bacaan Alkitab hari ini, penderitaan hidup mungkin tak terhindarkan, tapi satu hal yang pasti, yaitu bahwa Tuhan tetap setia, Ia Tuhan yang baik, dan rahmat-Nya tiada pernah habis. [EH]