Dalam buku Driven from Within, diceritakan kisah tentang kunjungan Michael Jordan ke rumah sahabatnya, Fred Whitfield, seorang presiden dan pemimpin perusahaan sebuah tim NBA. Saat itu Jordan kedinginan dan meminjam jaketnya. Whitfield lalu menyuruhnya mengambil di lemari. Jordan pun masuk dan kembali sambil membawa jaket, kaos, sepatu, dan perlengkapan lainnya. Ternyata semua produk itu adalah buatan Puma, perusahaan pesaing Nike. Jordan yang begitu terasosiasi oleh publik dengan produk Nike Swoosh, tak ingin produk merek lain ada di sana. Jordan pun merusak perlengkapan atletik itu dan menyuruh untuk menelepon perwakilan bagian pemasaran Nike untuk mengganti semua produk tersebut.
Sikap Michael Jordan yang ekstrem ini bisa menggambarkan tentang penghancuran berhala di dalam diri dan kehidupan kita. Ini berbicara komitmen kepada satu pihak. Sebenarnya komitmen yang demikianlah yang Tuhan inginkan dari kita anak-anak-Nya. Ia tak ingin hati kita menyimpan hal-hal lain di luar Dia dan kehendak-Nya. Satu hal yang harus kita sadari dari sifat-Nya "⦠karena TUHAN, yang nama-Nya Cemburuan, adalah Allah yang cemburu." (Keluaran 34:14). Tuhan yang kita sembah tak ingin kita menyembah berhala. Kata berhala atau idol mengacu pada hal-hal yang memikat hati kita selain dari Tuhan dan kehendak-Nya. Seperti apa yang pernah diungkapkan oleh Kyle Idleman, "Ilah-ilah palsu sedang berperang dalam diri kita, mereka berperang demi memperoleh kemuliaan dan kendali hidup kita." Bila hati kita mengejar sesuatu atau seseorang selain Tuhan, sudah tentu kita tak sepenuhnya dapat mengikuti Tuhan. Marilah kita memeriksa ke dalam diri kita. Hal apa yang sedang kita usahakan dalam hidup ini. Uang? Kesuksesan? Karier? Hobi? Ketenaran? Tak ada yang salah dengan semua itu, hanya saja hati-hatilah karena segala hal yang menjadi motivasi terbesar dalam hidup kita berpotensi menjadi tindakan penyembahan berhala pada objek tertentu. [RS]