Steven Berglas, seorang psikolog di Harvard Medical School dan penulis buku "The Success Syndrome", mengatakan bahwa orang yang mencapai ketinggian namun tidak memiliki dasar karakter yang kuat untuk menunjangnya, akan mengalami rasa stress dan berujung pada bencana. Ia percaya bahwa mereka pasti memperlihatkan salah satu atau lebih dari gejala berikut ini: kecongkakan, perasaan sendirian yang menyakitkan, suka mencari gara-gara, perselingkuhan. Masing-masing gejala ini adalah harga yang harus dibayar akibat dari lemahnya karakter. Demikianlah pentingnya sebuah karakter. Karakter adalah pondasi untuk menjaga kokohnya kehidupan dalam segala aspek.
Dalam aturan hidup kita sebagai orang percaya, Allah sendiri menekankan betapa pentingnya karakter. Itu sebabnya, karakter merupakan salah satu tujuan Allah bagi kehidupan kita. Dikatakan bahwa, "Sebab dari permulaan sekali Allah memutuskan bahwa mereka yang datang kepada-Nya ⦠harus menjadi seperti Anak-Nya." (Roma 8:29). Itu artinya, kita harus menjadi seperti Yesus. Sepanjang umur hidup ini merupakan ajang pembelajaran untuk menjadi seperti Kristus, dalam hal karakter dan cara hidup. Dengan memahami bahwa karakter merupakan hal fundamental bagi hidup kita, maka marilah kita menaruh fokus kepada perbaikan karakter. Setiap kita mungkin memiliki karakter buruk yang perlu diubah. Ada yang berjuang mengubah sifat pemarah, sulit mengasihi, kasar, pemalas, sombong, dan kikir. Marilah kita menggantikan karakter buruk tersebut, dengan belajar seperti Yesus, belajar mengasihi termasuk kepada mereka yang tidak menyukai kita, belajar merendahkan hati, berintegritas, sabar, taat, memiliki hati yang mau mengampuni. Di samping itu relakan setiap proses, lingkungan, orang terdekat mengasah karakter kita menjadi lebih baik. Dan hal terpenting, mintalah Roh Kudus untuk memampukan kita melakukan perubahan-perubahan yang Tuhan kehendaki. (2 Korintus 3:18). [RS]