Dalam ilmu Sosiologi, sekumpulan orang dapat membentuk sebuah komunitas ketika mempunyai kesamaan terhadap sesuatu, atau istilahnya Community of Interest. Menariknya, ada satu kondisi yang dapat memicu terbentuknya sebuah komunitas secara alamiah, yaitu ketika sekelompok orang sedang menghadapi krisis yang sama. Sebagai makhluk sosial, penting bagi setiap kita untuk tergabung dalam suatu komunitas, di mana kita dapat belajar, berbagi ilmu, dan menguatkan satu sama lain. Kondisi pandemik yang terjadi membuat orang-orang bergandengan tangan untuk mencari solusi, menciptakan komunitas-komunitas baru yang membangun. Tergabung dalam suatu komunitas dapat memberikan banyak manfaat, dan alangkah baiknya jika kita terlibat di dalamnya.
Komunitas di sini tidak terbatas hanya pada komunitas rohani saja (CORE), tetapi komunitas lain yang dapat membangun kita, baik dalam studi, pekerjaan, ataupun keseharian kita. Lihatlah kepada Raja Salomo yang memiliki banyak relasi sehingga mereka bisa saling bermufakat. Galatia 6:2 mengingatkan kita untuk saling menolong satu dengan yang lain. Dalam terjemahan New International Version (NIV), kata kunci dari ayat ini adalah saling menanggung beban sesama, di mana hal itu dilakukan bersama dari kedua belah pihak. Ketika kita saling menolong, ada timbal balik yang membangun pribadi kita menjadi lebih maju, dan berlaku juga kepada orang lain. Wawasan baru, keterampilan baru, koneksi baru, dan banyak kesempatan lainnya yang bisa kita dapatkan lewat hubungan dengan sesama. Dengan membangun komunitas yang saling menolong, kita telah melakukan hukum Kristus. Biarlah komunitas positif yang sudah dibangun tetap kita jaga hubungannya, bukan hanya ketika masa-masa krisis. Selama ada kesempatan, taburlah hal-hal baik sehingga kita bisa menjadi berkat bagi orang lain, dan nama Tuhan dimuliakan. [KH]