Ada sebuah kisah, seorang wanita yang menyebar gosip mengenai tetangganya, dan dalam beberapa hari, seluruh komunitas mengetahui ceritanya. Setelah mengetahui bahwa gosip itu salah, wanita itu merasa bersalah dan mendatangi seorang bijak. Kemudian orang bijak itu berpesan, "Belilah seekor ayam, di sepanjang jalan cabuti bulunya dan buang satu persatu!". Ia pun melakukan perintahnya dan kembali ke orang bijak itu. Lalu orang bijak itu berkata, "Sekarang pergi dan kumpulkan kemari semua bulu yang dibuang!". Wanita itu pun kembali namun hanya membawa tiga potong bulu. "Lihat! Sangat mudah melemparkannya, namun tak mungkin membawanya kembali. Begitulah rumor yang tersebar," ungkap orang bijak itu.
Cerita ini mengandung kebenaran bahwa ucapan yang telah dilontarkan tak bisa kita tarik kembali. Seperti kita ketahui bersama, gosip adalah sesuatu yang lazim di dalam kehidupan, bahkan di dalam lingkup pelayanan dan kumpulan orang percaya. Di layar televisi dan sosial media, gosip menjadi trending topic. Di lingkup gereja, ada orang yang kecewa dan tidak mau lagi ke gereja karena perkara gosip dan ada yang bertengkar karena sebuah gosip. Bahkan jauh sebelumnya, kepada bangsa Israel Tuhan berpesan melalui Musa agar mereka jangan membusuk-busukkan orang lain dan memfitnah (Imamat 19:16 FAYH). Gosip yang tampaknya biasa bagi kita ternyata berdampak besar bagi kehidupan. Demikianlah yang disampaikan di dalam bacaan Alkitab hari ini. Perhatikan bagaimana firman Tuhan menasihatkan kita. Mencintai hidup dan melihat hari-hari kita menjadi baik dikaitkan dengan cara kita menjaga lidah, "Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu." (1 Petrus 3:10-11). Jika saja kita memahami hal ini, tentu kita akan lebih berhikmat untuk menjaga setiap ucapan yang keluar dari mulut kita. Mulai hari ini putuskan untuk tidak bergosip termasuk untuk terlibat mendengarkan. [RS]