Ada satu legenda tentang seorang pedagang kaya di kota Baghdad. Suatu hari ia mengirimkan pembantunya ke pasar. Di pasar, pembantunya ini bertemu dengan wanita berjubah hitam panjang bernama Kematian. Ia begitu takut dan segera kembali ke rumah. Sesampainya di rumah, ia menceritakan kepada tuannya bahwa ia bertemu dengan Kematian. Ia begitu ketakutan dan memohon agar tuannya memberi sejumlah uang agar ia bisa pergi dan bersembunyi di Samarra. Tuannya pun memberikannya uang. Kemudian, tuan ini pergi ke pasar untuk menemui Kematian dan bertanya mengapa Kematian menakut-nakuti pembantunya. Kematian menjawab bahwa ia tidak menakut-nakuti, justru ia kaget bertemu pembantunya di pasar karena ia memiliki janji untuk bertemu dengan pembantu tersebut malam hari ini di Samarra.
Ada kebenaran yang terkandung dalam legenda ini bahwa tidak ada tempat untuk bersembunyi dari kematian. Bila waktunya tiba Tuhan memanggil kita, tak ada satupun yang dapat menghalangi. Banyak orang ketika berhadapan dengan kematian, akan mengubah prioritas hidup, yang tadinya penting menjadi tidak penting, dan yang tidak penting menjadi penting. Pemazmur berkata, "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." Paulus juga mengingatkan kita untuk tidak terlalu berfokus pada perkara-perkara duniawi, tetapi hidup seperti Kristus. Ketika hidup ini membawa Anda kepada dukacita, live beyond it, do not be bound by it. Ketika hidup Anda ada di dalam kegembiraan dan kesuksesan, jangan sampai mabuk dan terhanyut di dalamnya. Yang diberkati dengan berkat materi jangan sampai terikat dan menggeser prioritas hidup bukan lagi kepada Tuhan, tetapi kepada kekuatan dan kuasa materi. Melalui renungan ini, kita diingatkan untuk memikirkan hal-hal yang bernilai kekekalan bukan yang sementara, karena waktu kita di dunia ini begitu singkat. [LS]