Alkitab mencatat bahwa konflik sudah ada sejak dulu, seperti antara Kain dan Habel, Yakub dan Esau, Paulus dan Barnabas. Konflik dapat terjadi karena masalah komunikasi, tidak adanya rasa toleransi, dan selalu mementingkan kepentingan pribadi atau golongan. Konflik menyebabkan kegagalan dalam hubungan. Hubungan yang indah dapat kita temukan pada hubungan Paulus dengan Jemaat Tuhan di Korintus. Paulus sangat terbeban dengan Jemaat di Korintus, begitupun sebaliknya.
Untuk memiliki hubungan yang indah, tidak dapat dilakukan dalam waktu sehari atau dua hari. Hubungan tidak boleh dibangun atas dasar materi. Hubungan harus diproses dan teruji, serta harus dibangun atas dasar kasih Allah yang tulus dan murni (2 Korintus 2:4). Hubungan seperti ini akan bertahan karena didasari oleh kasih. Sikap kasih tersebut diantaranya tidak egois, menjaga lidah, berbagi, dan rela berkorban. Selanjutnya, hubungan juga harus mengalami ujian (2 Korintus 2:5-8). Orang yang terlibat di dalam suatu hubungan, ditantang dan diuji untuk dapat mengasihi dan mengampuni ketika sahabat kita menyakiti dan mengecewakan kita. Untuk dapat melakukannya, kita harus menjadi pribadi yang dewasa, penuh firman Allah dan Roh Kudus. Ketika kita melepaskan kasih pengampunan dalam suatu hubungan, maka ada sukacita dan pemahaman bahwa kasih itu adalah perintah. Yang terakhir adalah tetap taat dalam menghadapi segala sesuatu (2 Korintus 2:9). Iblis datang untuk menghancurkan hubungan kita dengan Allah dan antara kita dan sesama. Jangan lemah, jangan undur bahkan jangan sampai meninggalkan Tuhan. Apapun yang terjadi tetap jaga hubungan kita di dalam kasih Allah. [LS]