Di hari Senin pagi minggu pertama, semua orang ingin segera sampai di kantor. Antrian sudah mulai terlihat di halte busway. Seorang bapak yang ada dalam antrian itu terus melihat ke arah jam tangannya, mungkin karena tidak ingin terlambat tiba di kantor. Tiba-tiba, seorang ibu muda yang menggendong bayi mendesak paksa untuk masuk ke antrian di depan bapak tersebut. Tetapi dengan tenang, bapak itu memberikan ruang kepada ibu tersebut. Dalam bus, bapak itu dengan ramah mengajak si ibu muda bercakap-cakap. Ternyata, ibu tersebut dalam perjalanan ke rumah sakit, karena bayinya dalam kondisi kritis dan memerlukan pertolongan segera.
Keadaan yang hampir serupa pernah dialami Yesus, ketika Ia disela/diinterupsi ketika sedang mengajar, oleh orang-orang yang membawa anak-anak kecil kepada-Nya. Melihat gangguan terjadi, para murid dengan sigap memarahi dan menghalang-halangi orang-orang tersebut. Yesus memang terganggu. Lantas, apakah Ia marah? Tidak. Yesus dengan sabar menerima anak-anak itu lalu menumpangkan tangan untuk memberkati mereka. Yesus menghargai orang-orang yang membawa anak-anak itu. Teladan yang luar biasa dari Tuhan ini mengajarkan kita sikap yang benar saat menghadapi situasi yang tak terduga. Interupsi terkadang diizinkan Tuhan untuk menguji dan melatih kesabaran serta penguasaan diri anak-anak-Nya. (SL)