Hidup berjalan begitu cepat. Tanpa terasa kita sudah sampai di penghujung tahun ini. Ada yang sudah dekat ke tempat perhentiannya. Ada yang masih harus menempuh perjalanan yang jauh. Cepat atau lambat, kita semua akan sampai ke tempat perhentian terakhir. Pada saat itu, perjalanan hidup kita akan berhenti. Masalahnya adalah: Apakah kita akan mengakhiri perjalanan hidup ini dengan baik atau tidak?
Saat Rasul Paulus menuliskan suratnya kepada Timotius, ia merasa akhir hidupnya sudah dekat. Dia sedang diadili di Roma dan sudah menjalani pemeriksaan pertama. Ia diadili karena pemberitaan Injil dan ia tahu bahwa sebentar lagi ia akan dihukum mati. Paulus berkata, “Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat” (2 Tim. 4:6). Sejak diselamatkan di dalam Kristus, ia sudah mempersembahkan dirinya sebagai persembahan yang hidup untuk melayani Dia dan memberitakan Injil kepada banyak orang. Paulus “bernostagia” sejenak, dengan hati yang bersyukur, karena ia telah menjalani kehidupannya dengan baik di hadapan-Nya. Paulus memang tidak selalu disenangi orang-orang lain dan tidak selalu mengalami hal-hal yang menyenangkan, tetapi ia tetap setia untuk selalu menyenangkan hati Tuhan. Itulah yang benar-benar berarti. Perjalanan hidup kita suatu hari akan berakhir. Marilah kita memelihara iman dan mengakhirinya dengan baik. Ketika saat itu tiba, biarlah kita dapat berkata seperti rasul Paulus, “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman” (2 Tim. 4:7). (DF)