October 2017 / Pandangan Gereja tentang LGBT

Fenomena dan Pandangan tentang LGBT

Salah satu isu penting yang harus dijawab oleh gereja saat ini adalah LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender). Fenomena LGBT sudah lama sekali muncul, namun belakangan ini semakin santer sejak Mahkamah Agung Amerika Serikat pada tanggal 26 Juni 2015 lalu melegalkan pernikahan kaum LGBT yang memperjuangkan eksistensinya; bahkan kaum liberal serta pejuang hak asasi mendesak untuk diakuinya hak-hak mereka untuk menikah, mengadopsi anak, dan lain-lain. Menurut Freedom to Marry Organization, ada 20 dari 204 negara yang telah melegalkan pernikahan sejenis.

Ada 2 pandangan ilmu pengetahuan tentang homoseksual. Pertama, ada orang yang sejak lahir homoseksual (gay dan lesbian). Orientasi seksual sejenis ini terjadi akibat pengaruh genetik. Dengan dalih inilah, para penggiat LGBT dan HAM menyerukan bahwa kebebasan melakukan hubungan sejenis merupakan hak individu yang boleh dilakukan siapapun asal tidak merugikan orang lain. Hubungan sejenis suka sama suka bukan suatu pelanggaran, bahkan suatu pilihan hidup asasi seseorang. Dari sinilah lahir pernyataan yang sering kita dengar, misalnya: “Tuhanlah yang menjadikan kami seorang gay,” atau “Gay adalah akibat kelainan genetika, kami tidak bisa merubahnya.” Hal ini telah mendorong banyak orang untuk menerima dan menolerir hubungan sejenis.

Kedua, homoseksual terjadi karena pengaruh lingkungan dan sosial. Ada orang yang lahir dengan orientasi seksual yang normal, namun kemudian pergaulan membuat diri mereka memiliki orientasi homoseksual. Lingkungan dan pergaulan sosial dapat menularkan orientasi homoseksual. Adriano Rusfi, psikolog yang menempuh pendidikan di Universitas Indonesia, menulis dalam akun Facebook-nya, “LGBT: sebuah gerakan penularan”. Ia mengaku memiliki 49 saksi dari empat perguruan tinggi dan tiga saksi mantan gay dari satu perguruan tinggi. Ia mengumpulkan banyak kesaksian di kampus-kampus tentang mahasiswa normal yang dipenetrasi secara masif agar terlibat dalam LGBT dan tidak bisa keluar lagi. Perilaku mereka seperti sekte, kultus atau gerakan eksklusif lainnya: fanatik, eksklusif, penetratif, dan indoktrinatif. “Ya, ini berkembang menjadi sebuah sekte seksual,“ tulis Adriano.

Menurut para ahli badan PBB, jumlah homoseks di Indonesia pada 2011 diperkirakan lebih dari 3 juta orang, padahal pada 2009 angkanya sekitar 800.000 orang. Diperkirakan pada tahun-tahun berikutnya jumlahnya lebih besar lagi. Menurut dr. Rita Fitriyaningsih yang sudah sembilan tahun menjadi mitra LSL atau GWL (Gay, Waria, Laki-laki seks dengan laki-laki), perilaku homoseksual dapat menular kepada orang lain.

Cetak Biru Alkitab
Sejak dari awal Tuhan menciptakan manusia sempurna (imago Dei), segambar dan serupa dengan Allah; yaitu laki-laki dan perempuan. Inilah kodrat sesungguhnya dari identitas gender manusia.

“Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.” (Kejadian 1:27). Tuhan juga memberkati hubungan laki-laki dengan perempuan dalam ikatan yang kudus dengan maksud untuk berkembang biak dan memenuhi bumi. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranak cuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” (Kejadian 1:28). Laki-laki diciptakan untuk memiliki relasi seksual dengan perempuan (isteri) dan sebaliknya perempuan dengan laki-laki (suami), untuk menjadi satu daging. Dan ini hanya boleh terjadi dalam ikatan pernikahan monogami (lihat Kejadian 2:23-24).

Ketika manusia jatuh dalam dosa, maka manusia mengalami kerusakan dalam nilai-nilai moral yang dipegangnya. Manusia menentang Allah dan berusaha memuaskan keinginannya dengan cara-cara yang cemar termasuk dalam hal seksualnya. Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka (Roma 1:24). Manusia telah mengganti persetubuhan yang wajar dengan tidak wajar (homoseks, pedofilia, inses, necrofillia, dan lain sebagainya). Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar (Roma 1:26).

Akibat dosa turun temurun menimbulkan dampak dalam disorientasi seksual manusia. Jadi seseorang memiliki orientasi homnoseks, inses, pedofilia, dan lain sebagainya, bukan karena rencana dan kehendak Allah.

LGBT dalam Kacamata Kebenaran
Gereja harus menyikapi isu LGBT ini dengan bijaksana dan proporsional. Dari sudut pandang kebenaran, Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa perilaku homoseksual adalah dosa. Oleh karena itu, kita tidak boleh kompromi.
“Janganlah engkau tidur dengan laki-laki secara bersetubuh dengan perempuan, karena itu suatu kekejian.” (Imamat 18:22)
“…sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tidak wajar, demikianlah suami-suami meninggalkan persetubuan yang wajar dengan isteri mereka… sehinga melakukan kemesuman laki-laki dengan laki-laki…” (Roma 1:26-27)

Kita harus dengan tegas menolak hubungan LGBT dan menolak pernikahan sejenis. Apapun alasan yang dikemukakan sekalipun atas nama hak asasi, tidak dapat membenarkan perbuatan LGBT dan membatalkan hukum pernikahan yang ditetapkan Tuhan. Pernikahan Kristen bersifat heteroseksual, monogami, dan seumur hidup (Lihat Kejadian 1:27; 2:23-24, yang ditegaskan Yesus dalam Matius 19:4-6).

Kita juga harus memandang hubungan homoseksual adalah sama dengan dosa lainnya, misalnya perzinahan yang dilakukan oleh kaum heteroseksual. Jangan kita mengganggap bahwa dosa homoseksual lebih buruk dari dosa lainnya. Semua dosa sama, berakibat maut (Roma 6:23).

“... Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapati bagian dalam Kerajaan Allah.” (1 Korintus 6:9-10)

LGBT dalam Kacamata Anugerah
Gereja harus menyatakan kasih dan penerimaan terhadap kaum LGBT. Dari sudut pandang anugerah, Yesus mengasihi orang berdosa namun membenci dosanya. Kita juga harus mengasihi saudara kita yang memiliki orientasi LGBT, namun kita membenci perbuatan dosa mereka. Wujud kasih dan penerimaan bukan dengan memandang perilaku homoseksual itu legal berdasarkan hak asasi manusia. Kita juga jangan menghakimi orientasi seks homoseksual sebagai dosa, karena mereka juga tidak menghendaki itu terjadi dalam diri mereka. Namun, ketika mereka melakukan hubungan sesama jenis, perilaku mereka itu berdosa di hadapan Tuhan.

Sama seperti seorang yang heteroseksual, memiliki dorongan seks itu sesuatu yang wajar, namun ketika ia berhubungan seks di luar pernikahan, barulah ia berdosa. Dalam hal ini, kita harus berempati kepada kaum homoseksual karena mereka tidak memiliki solusi yang benar untuk menyalurkan hasrat seksual mereka. Hal ini adalah sesuatu yang sangat berat untuk dihadapi oleh kaum LGBT, apalagi ditambah dengan sanksi sosial serta stigma buruk yang disematkan kepada mereka.

Kita harus membantu kaum homoseksual untuk dapat mengatasi dorongan seksual mereka dengan konseling, bimbingan rohani, komunitas yang benar serta memfokuskan hidup mereka untuk Tuhan. Di dunia ini, ada begitu banyak orang yang juga bergumul dengan dorongan seksual namun mereka tidak menikah. Mereka memfokuskan diri untuk hidup bagi Tuhan. Oleh kehidupan-Nya yang tidak menikah, Yesus memperlihatkan bahwa pernikahan bukanlah suatu tujuan yang harus dipenuhi, juga bukan sesuatu yang esensial untuk menjadi manusia yang utuh. Sebagai seorang hamba Allah, seseorang mungkin tidak terpanggil untuk mempunyai jodoh dan anak-anak. Paulus adalah salah satu contoh yang hidup membujang untuk fokus melayani Tuhan. Ia bahkan mengajak orang-orang untuk megambil pilihan hidup seperti dia untuk membujang, supaya bisa fokus kepada Tuhan.

Namun demikian alangkah baiknya, kalau semua orang seperti aku; tetapi setiap orang menerima dari Allah karunianya yang khas, yang seorang karunia ini, yang lain karunia itu. Tetapi kepada orang-orang yang tidak kawin dan kepada janda-janda aku anjurkan, supaya baiklah mereka tinggal dalam keadaan seperti aku. (1 Korintus 7:7-8)

Kaum homoseksual juga dapat mengalami kesembuhan dari orientasi seks yang menyimpang. Kuasa Tuhan Yesus sanggup menjamah dan mengubahkan hidup seseorang secara utuh, juga masalah disorientasi seks seseorang. Dengan iman, seorang homoseksual dapat menerima anugerah dari Tuhan. Bagi Anda yang mungkin memiliki kecenderungan atau orientasi LGBT, jangan merasa diri Anda tidak berharga dan tidak ada harapan. Yesus mati di kayu salib untuk mengasihi Anda dan memberikan Anda hidup yang penuh dengan pengarapan. Tuhan Yesus memberkati.

Kirim pertanyaan Anda seputar kekristenan ke inspire@ndcministry.org dengan menyertakan Nama jelas dan lokasi ibadah Anda.

©2017 NDC Ministry. All Rights Reserved.
Powered by GerejaSoft.com