Jepang memiliki angka bunuh diri yang sangat tinggi. Rata-rata ada 50 kasus bunuh diri setiap hari. Masalah ini mendorong organisasi nonprofit "Anata no Ibasho" yang artinya "Sebuah Tempat Untukmu", menawarkan layanan pesan singkat 24 jam secara online bagi mereka yang mencari seorang pendengar sekaligus teman bercerita. Layanan konseling online menjadi upaya signifikan untuk menekan angka bunuh diri di Jepang. Nyatanya mendengarkan seseorang berdampak besar bagi hidupnya.
Secara jujur, kita pun dapat merasakan perbedaan ketika bercakap-cakap dengan seseorang yang benar-benar mendengarkan kita atau tidak. Kita tahu rasanya ketika tidak didengarkan dengan baik, dan kita cenderung menghindari orang yang sama ketika kita membutuhkan tempat bercerita. Hal ini seharusnya mendorong setiap orang percaya untuk terampil dalam mendengarkan. Sebab motivasi utama kita adalah Allah kita yang juga cakap dalam mendengarkan (Mazmur 116:1). Teolog Paul Tillich mengatakan bahwa tugas pertama dari kasih adalah mendengarkan. Mendengarkan dengan benar membutuhkan niat, waktu, dan usaha. Oleh karena itu, kita perlu menyingkirkan hambatan-hambatan dalam mendengarkan. Kita paling mudah memikirkan tanggapan kita sendiri saat seseorang sedang bercerita. Alih-alih mendengarkan, kita malah memikirkan tanggapan kita nantinya, atau segera menyela sebelum mereka selesai berbicara. Nasihat Yakobus biarlah setiap orang cepat mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata. Hambatan lain dalam mendengarkan adalah asumsi kita sendiri. Asumsi kita mempengaruhi cara kita mendengarkan. Karena asumsi, kita tidak meluangkan waktu dan memberi perhatian khusus tentang apa yang seseorang sedang ceritakan. Karena asumsi pula, kita gagal mendengarkan secara objektif. Penghalang terbesar lainnya adalah keinginan kita untuk dimengerti tanpa ingin memahami orang lain. Banyak sekali orang-orang yang termotivasi untuk memonopoli diskusi dan mengabaikan orang lainnya. Ini jelas memperlihatkan karakter seseorang yang buruk dalam mendengarkan. Mari muliakan Tuhan yang maha mendengar dengan cara belajar menjadi seperti Dia. Sebab setiap niat, usaha, dan waktu yang kita berikan untuk mendengarkan adalah bentuk kasih, perhatian, dan rasa hormat kepada orang lain. [LS]