Yesus menggunakan banyak analogi untuk menggambarkan diri-Nya supaya dapat dengan mudah dimengerti. Dalam bacaan Alkitab hari ini, Yesus menyatakan diri-Nya sebagai pokok anggur. Pada zaman itu orang-orang Yahudi memang sangat akrab dengan tanaman anggur. Biasanya anggur ditanam di lahan yang luas dalam barisan. Tanaman anggur memiliki satu batang tunggal dengan banyak ranting. Ranting ini menjadi tempat tumbuhnya dedaunan dan buah anggur. Jika terdapat cabang yang patah dari pokok anggur, maka tanaman anggur tidak mungkin menghasilkan buah sebab setiap nutrisi yang dibutuhkan untuk menghasilkan buah berasal dari pokoknya.
Demikianlah gambaran Yesus sebagai pokok anggur yang benar dan kita adalah ranting-rantingnya. Di luar Yesus, kita tidak dapat berbuat apa-apa. Hanya dengan tetap bergantung kepada-Nya sebagai sumber kehidupan, maka kita dapat menghasilkan hidup yang berbuah. Jika Yesus digambarkan sebagai pokok anggur yang benar, maka buah yang harus kita hasilkan juga pasti buah anggur yang baik, bukan buah anggur yang asam (Matius 7:17; Yesaya 5:2). Sebab dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Buah-buah yang kita hasilkan akan menunjukkan dan memperkenalkan siapa Yesus. Yesus yang mengasihi setiap orang, Yesus yang rendah hati, Yesus yang sering berkomunikasi dan bersekutu dengan Bapa-Nya. Oleh karena itu, melekatlah pada pokok anggur kita, tinggallah di dalam Yesus. Tinggal di dalam Yesus menggambarkan sebuah hubungan yang intim dengan-Nya, dan hal ini pasti terpancar melalui ketaatan kita pada segala perintah-Nya (1 Yohanes 3:24), hiduplah sama seperti Kristus telah hidup (1 Yohanes 2:6), lepaskanlah diri dari kebiasaan dosa (1 Yohanes 3:6), dan bersatulah dengan Allah melalui Roh-Nya yang tinggal di dalam kita (1 Yohanes 4:13). [LS]