Pernahkah Anda mendapati diri Anda begitu malas dan tidak bergairah, padahal sebelumnya Anda adalah seorang yang rajin? Para peneliti di Harvard Medical School menemukan bahwa kemalasan adalah gejala yang berulang pada kebanyakan pasien yang mengalami depresi. Depresi sendiri dapat menyebabkan penurunan kemampuan seseorang untuk melanjutkan hidup, menghilangkan gairah seseorang, membuat mereka tidak tertarik pada kehidupan, dan juga dapat memicu kemalasan. Depresi bersembunyi di balik kelelahan, sikap apatis dan menyebabkan ketidakaktifan.
Depresi adalah kondisi yang bisa dialami oleh siapa pun termasuk kita orang percaya. Meski demikian, kita harus cakap mengatasinya. Kita bisa belajar dari sosok Rut. Ketika diperhadapkan dengan situasi pelik saat ditinggal mati suaminya, ia tidak tenggelam dalam kesedihan dan mengasihani diri. Sebaliknya ia memilih untuk mengurus mertuanya. Perhatikan bagaimana Rut tidak berpangku tangan di tengah situasi yang jelas-jelas bisa saja menekan jiwanya. Rut bahkan sangat rajin. Ia memungut dan mengumpulkan jelai di ladang sampai petang. Alkitab mencatat, "Begitulah ia datang dan terus sibuk dari pagi sampai sekarang dan seketikapun ia tidak berhenti." (Rut 2:7). Kita harus realistis dalam memandang hidup ini, dengan tidak terfokus pada diri sendiri dan belajar memandang ke sekitar kita. Seringkali perasaan depresi hilang saat kita mengalihkan fokus dari diri sendiri dan memusatkan perhatian pada Tuhan dan orang lain. Memang Rut tidak langsung melihat Tuhan menyediakan sesuatu yang baik baginya. Namun ketika ia menghadapi kesulitan itu dengan berharap sepenuhnya kepada Tuhan serta mengasihi dan memperhatikan kebutuhan orang lain, Tuhan bahkan menyediakan suatu hal yang tak terduga di depannya. Mungkin Anda pernah mengalami masa-masa sulit, dikecewakan, dan berbagai pengalaman pahit lainnya yang membuat Anda depresi. Anda beralih ke kemalasan karena ini sepertinya menjadi tempat perlindungan yang aman. Namun sadarilah bahwa sebagai orang percaya, kita harus berpengharapan, sebagaimana yang diungkap oleh pengkhotbah, "Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan." Keputusan ada di tangan kita. Kita bisa malas, kita bisa rajin. Kita bisa menyalahkan atau mengisinya dengan kegigihan. Kita bisa membiarkan pikiran negatif terus bersarang di benak kita atau menyerahkannya pada Tuhan. Satu hal yang pasti, saat memutuskan untuk berharap, berusaha, dan berjalan bersama Tuhan, maka sesuatu yang baik menanti kita di depan. [RS]