Definisi musuh tidak selalu menggambarkan seseorang yang mengerikan, yang berada dalam situasi perkelahian atau pertengkaran. Dalam kehidupan sehari-hari, yang disebut musuh bisa didefinisikan sebagai rekan kerja, teman, atau tetangga yang bergosip untuk menjatuhkan reputasi seseorang, kompetisi bisnis dengan metode licik untuk membuat seseorang gulung tikar, seseorang yang melobi pimpinan untuk menyingkirkan orang dalam jabatan, dan lain sebagainya. Nyatanya dalam menghadapi musuh, manusia secara alami tidak mungkin berpikir untuk berdoa bagi musuhnya. Tapi Yesus meminta kita untuk berdoa bagi musuh kita, dan perintah ini dapat kita temukan dalam Perjanjian Baru.
Ada alasan yang sangat mulia ketika Yesus memerintahkan setiap pengikut-Nya untuk berdoa bagi musuh. Karena dengan demikian, kita menjadi anak-anak Bapa di Sorga yang juga menerbitkan matahari dan hujan-Nya baik kepada orang baik maupun orang jahat. Berdoa bagi musuh adalah tanda hubungan kita dengan Bapa. Mendoakan musuh juga tidak hanya menandakan hubungan kita secara vertikal dengan Tuhan, tapi juga berdampak pada hubungan kita dengan musuh itu sendiri. Rasul Paulus menjelaskan melalui Kitab Roma, "Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya." Dengan kata lain, saat kita berbuat baik kepada musuh dan mereka menerima berkat melalui doa kita, itu adalah hal yang mempermalukan mereka. Sebab pada dasarnya, ketika seseorang bertindak sebagai musuh, orang itu sudah memperkirakan bahwa kita akan memberi perlawanan. Mereka tidak akan berpikir bahwa kita akan "memberi pipi kiri" kita dan mendoakan kebutuhan mereka kepada Tuhan. Namun ketika kita bertindak sesuai perintah Tuhan Yesus, demikianlah cara kita membawa musuh kepada Allah, cara kita melawan kejahatan, cara kita melembutkan hati kita, melepaskan agenda pribadi kita, dan yang terutama supaya kita semakin serupa dengan Yesus. [LS]