Kita mungkin pernah mendengar ungkapan demikian, "Ucapan saya memang kasar, tapi hati saya tidak demikian.", "Walaupun saya kasar, tapi itulah saya, karena saya tidak munafik.", "Jika saya bicara kasar, memang beginilah saya.", "Orangnya saja terlalu sensitif, maksud saya tidak begitu kok." Sepintas, perkataan-perkataan demikian sepertinya biasa, namun itu tidak bisa dibenarkan. Kita mungkin sudah mengenal istilah verbal abuse, yaitu segala tindakan yang menyakiti dan menyiksa dengan kata-kata. Tindakan ini menyisakan banyak luka di hati orang lain.
Kehidupan kita dengan siapa pun dan di mana pun, tidak terlepas dari komunikasi. Namun ada saat-saat kita gagal dalam berucap. Kita bisa mendapati diri kita menyampaikan kata-kata tajam dan pedas, yang bisa muncul ketika keadaan dan emosi kita sedang tidak baik. Ketika meninggalkan kata-kata yang menusuk hati, mungkin kita menganggap biasa, namun ternyata itu menyisakan luka, yang bahkan sulit dipulihkan. Pada titik ini kita telah merugikan sesama dan tidak menunjukkan kasih yang Tuhan kehendaki. Bukankah Yesus berkata bahwa apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan (Matius 15:18). Lihat bagaimana Yesus menaruh perhatian terhadap setiap ucapan yang tidak baik, di mana hal itu menajiskan kita. Setiap perkataan negatif yang dilontarkan mempengaruhi hubungan kita dengan Tuhan, begitupun dengan sesama. Ya, karena mulut kita jualah, kita bisa kehilangan penerimaan dan respect dari sesama. Bagaimana kita bisa mendekat pada Tuhan jika kita ternyata didapati-Nya najis, dan mengabaikan kasih kepada sesama melalui perkataan kita? Jangan berdalih dengan alasan apa pun tentang perkataan kita yang tajam dan tak membangun. Mulai hari ini, pilihlah hal-hal baik yang boleh masuk di dalam hati kita, yaitu firman Tuhan. Penuhilah bejana hati kita dengan firman-Nya, sampai tak ada yang jahat yang keluar dari perbendaharaan hati kita yang baik. Kita bisa melatihnya seperti disiplin membaca firman Tuhan dengan bersuara, agar telinga kita mendengarnya dan itu tersimpan di hati kita. Dengan hati yang terisi dengan firman-Nya, pastilah perkataan kita menjadi ucapan yang mendatangkan kesembuhan bagi sesama, bukan ucapan-ucapan tajam seperti tikaman pedang. [RS]