Siapa yang tidak pernah mengeluh, kecewa dan bersungut-sungut? Tentu setiap kita pasti pernah atau sering mengeluh. Tak peduli kapan atau siapa yang menjadi subjek keluhan kita, sebagai manusia memang kita cenderung cepat berkeluh kesah bahkan untuk sesuatu yang belum tentu buruk bagi kita. Keluhan sepertinya adalah tindakan yang manusiawi. Suatu tindakan yang kita anggap kecil dan kita anggap tidak termasuk dalam dosa. Tetapi kita harus memahami bahayanya hidup dengan keluhan-keluhan.
Di dalam bacaan firman Tuhan hari ini kita diingatkan mengenai kisah bangsa Israel, di mana Tuhan pernah sangat marah karena mereka mengeluh. Mereka ingin sekali makan daging. "Mereka mulai menangis, "Ah, manakah daging untuk kita!" (Bilangan 11:4 FAYH). Mereka merindukan masa-masa ketika mereka berada di Mesir. Bangsa Israel terus saja mengeluh tatkala menghadapi berbagai kesukaran. Mereka mengeluh karena keadaan, kesulitan, bahkan makanan. Pada akhirnya, keluhan-keluhan itu menyebabkan mereka tidak bisa menikmati janji Tuhan untuk memasuki Tanah Perjanjian. Sebagaimana Alkitab memberitahu, "Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut" (1 Korintus 10:10). Sungguh tragis bukan, perkara mengeluh yang mungkin kita anggap biasa ternyata memberi dampak besar dalam kehidupan dan kerohanian kita. Bahkan firman Tuhan juga mengingatkan kita bahwa sesungguhnya suatu saat Tuhan hendak menghakimi semua orang berdosa, dan termasuk di dalamnya orang-orang yang menggerutu dan mengeluh tentang nasibnya (Yudas 1:14-16). Itulah sebabnya firman Tuhan mengajarkan kita untuk selalu bersyukur. Tanpa memandang apa pun keadaannya, kita diajar untuk bersyukur dalam segala hal dan bersukacita dalam pengharapan. Mulai hari ini berhentilah bersungut-sungut. Ketika ingin bersungut-sungut, adalah lebih baik menenangkan hati dan berdiam diri atau bernyanyi memuji Tuhan. [RS]