Ambisi adalah hal yang diperlukan dalam menjalani hidup. Ambisi mendorong kita membuat perencanaan dalam setiap aspek kehidupan kita seperti memutuskan jalan karir hingga memilih pasangan hidup. Dalam hal-hal berskala besar, kita cenderung membuat perencanaan dan perhitungan. Kenyataan yang tidak dapat kita pungkiri adalah adanya kekeliruan dalam memprediksi yang berujung pada kegagalan. Banyak kisah di sepanjang sejarah manusia yang menggambarkan bahwa manusia tidak dapat hidup dengan kekuatannya sendiri. Salah satu kisah yang tak usang di makan waktu adalah maha karya Titanic. Kapal yang diberi julukan "unsinkable" (tak dapat tenggelam) tersebut merupakan ambisi dari Direktur Pelaksana White Star Line untuk membangun kapal yang lebih besar dari yang pernah ada. Benar saja, Titanic lahir sebagai kapal uap terbesar dan termegah di dunia, namun dalam semalam kapal itu terbelah dua dan berubah menjadi kapal pencabut nyawa.
Pikiran kita ternyata terbatas dalam membuat perencanaan dan eksekusi. Banyak hal yang tidak dapat kita prediksi di masa depan. Rancangan yang sepertinya menjanjikan dapat berujung pada kekacauan. Dasarnya adalah ambisi yang berlebihan berisiko membuat kita menjadi lebih keras kepala. Kita tidak melibatkan Tuhan sebelum memulai sesuatu, dan kita menjadi sombong karena merasa mampu. Namun, hari ini kita belajar dari Mazmur 127 ayat 1 dan 2, bahwa perkenanan datang dari Tuhan, dan bukan dari usaha kita. Sekalipun rancangan kita sempurna, tapi kalau Tuhan tidak berkenan, maka segala sesuatu menjadi sia-sia. Bapa kita adalah Sang Arsitek Kehidupan. Ia rindu kita selalu bergantung kepada-Nya dan melibatkan Dia dalam setiap langkah yang kita ambil, bahkan dalam hal sekecil apa pun. Seperti orang tua yang ingin anaknya berhasil dalam kehidupan, demikianlah Bapa kita di Surga. Dari sini kita dapat belajar bahwa rencana dalam hidup kita harus selalu dibawah perkenanan Tuhan, sejalan dengan perintah dan Firman-Nya. Ketika kita hidup dalam perkenanan-Nya, maka hati kita akan selaras dengan apa yang Tuhan kehendaki, sehingga segala sesuatu yang kita kerjakan akan menjadi berhasil dan membawa kemuliaan bagi Tuhan. Percayakan setiap keputusan-keputusan yang akan kita ambil kepada-Nya, arsitek kehidupan yang sempurna dari awal hingga akhir, karena Ia tidak pernah gagal mengerjakan pekerjaan yang baik dalam hidup kita. [KH]