Lidah bak senjata mematikan, cepat dan tajam seperti pedang. Salah satu hikmat Raja Salomo mengatakan bahwa hidup dan mati dikuasai lidah. Itu artinya lidah dapat menimbulkan banyak kerusakan, tapi lidah juga berkuasa memberi kehidupan. Dari kitab Amsal, kita bisa mengetahui bahwa salah satu cara yang jarang kita praktikkan agar lidah dapat memberi kehidupan adalah dengan membiarkannya diam dan menutup mulutnya. Seorang CEO, pembicara, dan penulis bernama Peter Bregman, dalam Harvard Business Review, mengatakan bahwa diam adalah sumber kekuatan yang sangat diremehkan. Melalui keheningan, kita tidak hanya dapat mendengar apa yang dikatakan, tapi juga apa yang tidak dapat dikatakan. Di dalam keheningan, lebih mudah untuk mencapai kebenaran.
Pengalaman 27 tahun mendekam di penjara membuat Nelson Mandela menggunakan kesunyian itu guna memahami betapa kuatnya dampak perkataan atas hidup dan mati. Bukan lagi kebiasaannya untuk berkata-kata dengan sembarangan. Firman Allah sendiri menyatakan bahwa diam dapat membantu kita menghindari dosa (Amsal 10:19), menjadi orang yang berbudi (Amsal 11:12), bahkan seorang bodoh pun disangka cerdas dan bijaksana (Amsal 17:28). Dengan kata lain, ada banyak berkat bahkan keuntungan ketika kita menahan lidah. Pada akhirnya kita mengerti bahwa memilih untuk tidak banyak berbicara pada situasi tertentu memang membutuhkan pengendalian diri. Ketika kita berhasil mengendalikan lidah, pada dasarnya kita telah bertindak oleh roh, sebab kita tahu bahwa pengendalian diri adalah buah roh dan mengandung berkatnya tersendiri. Mari kekang lidah kita dari ucapan-ucapan yang tidak berguna, sembarangan, dan merusak. [LS]