Seorang anak terjatuh dari sebuah apartemen dan meninggal dunia. Ayahnya sangat berduka karena kehilangan putra terkasihnya. Untuk mengenangnya, sang ayah, Eric Clapton, menciptakan lagu "Tears in Heaven." Dalam sebuah wawancara televisi, Eric menjelaskan bahwa lagu itu sebenarnya bukan nyanyian kesedihan, sebaliknya lagu itu membuatnya tenang, karena di dalam nyanyian itu ia sangat meyakini bahwa akan ada perjumpaan kembali di sorga kelak, di mana tak ada lagi air mata di sana.
Keyakinan yang dimiliki Eric seharusnya menjadi keyakinan setiap kita. Keyakinan bahwa sorga merupakan tempat yang nyata, di mana kelak semua kita yang percaya kepada-Nya akan berkumpul. Dengan keyakinan tersebut, maka setiap penderitaan bisa kita lalui dengan penuh pengharapan. Pengharapan yang tentunya didasarkan oleh Injil seperti yang disampaikan oleh Paulus. "Oleh karena pengharapan, yang disediakan bagi kamu di Sorga. Tentang pengharapan itu telah lebih dahulu kamu dengar dalam firman kebenaran, yaitu Injil." (Kolose 1:5). Ada kalanya hidup begitu berat, hari-hari begitu suram, tetapi tak mengapa, karena memang demikian adanya. Untuk segala sesuatu di dalam hidup kita ada waktunya. Marilah jalani hidup ini dengan penuh pengharapan kepada Yesus dan firman-Nya, seberapa pun beratnya masalah dan kesedihan kita saat ini. Ingatlah bahwa tak ada yang abadi di bumi ini, termasuk masalah dan kesedihan tersebut. Bersyukurlah, karena di dalam Yesus kita memiliki harapan untuk hidup kita saat ini, dan juga harapan di masa depan. Sebab Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia. (1 Korintus 15:19). [RS]