Setiap kebijakan pemerintah selalu diiringi dengan adanya pro dan kontra, apalagi jika kebijakan tersebut terkesan "tumpul ke atas, tajam ke bawah". Terhadap isu ini, Alkitab memberikan pengertian kepada kita tentang bagaimana seharusnya orang-orang percaya bersikap. Dari kisah Raja Nebukadnezar yang seorang penyembah berhala, Tuhan mengizinkannya memerintah kaum Yahudi selama 70 tahun. Uniknya, Tuhan memerintahkan agar orang-orang Yahudi masa itu untuk tunduk kepada raja. Nasihat yang sama dapat kita temukan dari Rasul Paulus kepada jemaat di Roma. Pemerintahan kaisar masa itu memberlakukan pajak yang tinggi serta mengizinkan penganiayaan terhadap mereka. Namun Rasul Paulus mengingatkan bahwa tidak ada pemerintahan yang tidak berasal dari Allah. Ada satu pernyataan yang menarik, yaitu "Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu". Kalimat ini juga dapat menjelaskan pernyataan Allah dalam Yeremia 25:9 yang menyatakan bahwa Raja Nebukadnezar adalah hamba-Nya.
Perhatikanlah kata "hamba Allah". Ini mengartikan bahwa mereka memang dipakai Allah sebagai kepanjangan tangan-Nya. Jadi Allah pasti memegang kontrol atas setiap pemerintahan, baik itu presiden, raja, para menteri, kepala daerah, atau siapa pun yang disebut pemimpin dalam suatu negara. Begitu pun dengan pemerintah yang saat ini memimpin Indonesia, mereka memimpin atas seizin Allah. Ia berpesan agar kita tunduk terhadap pemerintahan yang ada dengan mentaati setiap undang-undang. Jika ada peraturan yang dianggap menciderai keadilan dan tidak bersinergi dengan peraturan lainnya, kita juga diberikan hak untuk melakukan uji materi sebuah peraturan perundang-undangan. Jangan anarki, mari tunduk terhadap pemerintah kita, lakukan setiap hak dan kewajiban sesuai prosedur dan aturan yang ada. [LS]