Tuhan adalah Raja di atas segala raja (Wahyu 19:16), dan Ia memberi hak kepada kita yang percaya kepada-Nya untuk disebut sebagai anak-anak-Nya; oleh karena itu kita adalah anak dari Raja di atas segala raja. Kita dibawa masuk ke dalam keluarga Kerajaan Allah oleh kuasa dan kasih karunia pengorbanan Yesus. Namun seringkali kita tidak menjalani hidup kita sebagai anak dari seorang Raja. Sebaliknya kita hidup dengan pola pikir seorang yatim piatu, penuh kekhawatiran, sibuk berusaha dengan kekuatan sendiri karena kita terlatih untuk bekerja sebelum mendapatkan sesuatu.
Tuhan menawarkan kasih yang tanpa syarat, dan saat kita menerima dan percaya akan kasih itu kita menjadi ahli waris bersama Kristus. Ini artinya semua yang Tuhan miliki adalah juga milik kita. Kita tidak perlu lagi khawatir tentang apapun juga. Bapa kita di sorga akan memelihara kita, mencukupkan semua keperluan kita, memperkuat kita, mengajari kita, dan memberi kita kehidupan yang penuh makna. Pada hari-hari ketika kita merasa terluka, seperti orang buangan, kesepian, dan ketakutan, kita dapat merenungkan seperti apa seharusnya anak-anak dari Raja atas segala raja, dan mengingat hak yang melekat dalam diri kita untuk menjadi agung, kuat, percaya diri, penuh sukacita, pembawa damai, pemenang, setia, dan berusaha di atas segalanya untuk memuliakan Bapa kita yang di sorga. Selain itu, kita juga harus ingat bahwa sebagai anak seorang bangsawan, kita memiliki tugas untuk berbagi damai, sukacita dan kasih, berjalan dengan pesan harapan dan penerimaan bagi mereka yang membutuhkan. Jangan biarkan situasi dalam kehidupan membuat kita lupa tentang identitas dan hak istimewa apa yang diberikan oleh Bapa kita, dan mari kita berlaku seperti anak seorang Raja! [EH]