Seberapa sering kita berdoa kepada Tuhan? Setiap kita punya frekuensi dan intensitas yang berbeda-beda dalam doa. Tapi yang pasti, sebagai orang percaya, doa merupakan gaya hidup yang harusnya kita miliki. Jika kita sudah mempunyai kehidupan doa, pertanyaan selanjutnya adalah, apa saja yang kita doakan? Mungkin kita sering meminta kesehatan, keluarga yang harmonis, keuangan yang baik, dan hal-hal yang dapat membuat kita merasa bahagia apabila kita mendapatkan semua yang kita minta.
Namun, terkadang kita menjadi orang yang self-centered ketika berdoa. Kita berpusat kepada diri sendiri, berdoa untuk hal-hal yang kita perlukan dan inginkan. Ini dikarenakan sifat egois menjadi salah satu sifat dasar yang dimiliki setiap manusia. Bahkan sifat ini sudah timbul ketika kita masih bayi, yang akan menangis ketika apa yang kita inginkan tidak dituruti oleh orang tua kita. Ada hal yang menarik dari surat Paulus kepada jemaat Roma, dimana pada ayat 30, ia mengajak para jemaat untuk berdoa dan bergumul bersamanya. Paulus, salah satu rasul yang paling berdampak pada masa itu, sudah pasti bergaul erat dengan Tuhan dan selalu dipenuhi oleh Roh Kudus dalam pelayanannya. Tetapi, seseorang seperti Paulus pun membutuhkan doa dan dukungan dari orang lain. Ketika satu orang berdoa untuk yang lain, ada kuasa yang luar biasa di dalam kesepakatan bagi orang-orang benar. Dengan mendoakan orang lain, kita juga dapat menjadi berkat bagi mereka, memberikan kekuatan bagi mereka, walaupun kita melakukannya dibalik layar. Ketika kita tulus berdoa bagi orang lain, Tuhanlah yang akan membalas kasih kita terhadap orang itu karena Tuhan berkenan dan disenangkan apabila anak-Nya tidak mementingkan dirinya sendiri saja, namun mengasihi sesamanya. [KH]