Kita akan bertemu dengan orang-orang sulit di mana pun kita berada. Mereka ada di tempat kerja, di rumah, di gereja, di keluarga; yaitu mereka yang berbicara terus-menerus dan merasa selalu memiliki semua jawaban, mereka mengalami kesulitan dalam mendengarkan dan mengikuti instruksi; mereka yang merasa jalan mereka adalah jalan terbaik; mereka yang selalu mengkritik apa pun yang tidak mereka buat atau lakukan; mereka yang mencoba untuk merendahkan kita. Tanpa kita sadari, kita juga bisa menjadi orang yang sulit dalam hidup orang lain dan menjadi duri dalam daging bagi orang-orang terdekat kita.
Musa tidak asing dengan orang-orang yang sulit. Bangsa Israel, alih-alih bersyukur atas kebebasan mereka dari perbudakan dan penyediaan dari Tuhan, mereka berulang kali menggerutu dan bersungut-sungut: mereka menangis karena makanan (Bilangan 11:4-6), mereka menggerutu karena tidak memiliki air (Bilangan 20:2-3), mereka berharap mati di Mesir dan ingin memilih pemimpin lain (Bilangan 14:2-4). Bahkan saudara kandung Musa sendiri cemburu akan kepemimpinannya (Bilangan 12:2). Namun, Musa menunjukkan kerendahan hati dan belas kasih yang luar biasa pada orang-orang yang sulit ini. Ia menghadap Tuhan dan memohon pertolongan Tuhan untuk orang-orang ini. Ada saat-saat orang Israel membuat Musa hampir putus asa (Keluaran 5:22; Bilangan 11:14-15), namun oleh kasih karunia Allah, ia dapat bertahan. Seperti Musa, kita juga bisa mengasihi orang-orang sulit yang Tuhan tempatkan dalam hidup kita. Ya, Anda tidak salah baca. Tuhan menempatkan orang-orang sulit di sekitar kita. Mereka bertindak sebagai alat Tuhan untuk menghilangkan ketidaksempurnaan karakter kita, untuk meningkatkan kapasitas kasih kita, agar kita semakin serupa dengan Dia. Jika kita menanggapi dengan kesabaran, rahmat, dan kasih untuk masalah yang disebabkan oleh orang-orang sulit tersebut, kita akan lulus ujian yang mereka wakili. Mari kita berdoa untuk hati kita sendiri untuk memohon Tuhan melembutkan hati kita terhadap orang ini, agar kita tidak mudah marah atau tersinggung, agar kita dapat menunjukkan kelembutan dan kebaikan, dan memahami pergumulan orang-orang tersebut dan menghadapinya dengan belas kasih. Berdoa untuk mereka, memohon supaya Tuhan bekerja di dalam hati mereka. Temukan cara untuk melibatkan mereka dalam percakapan, temui mereka untuk minum kopi, kirim pesan teks kepada mereka, dan cari cara untuk memberkati dan mendorong mereka. Tuhan akan dimuliakan dan hati kita akan menemukan kepuasan yang lebih dalam saat kita berusaha untuk mengasihi seperti Kristus mengasihi kita. [EH]