Brooklyn Bridge, jembatan gantung tertua di Amerika yang menghubungkan Brooklyn dan Manhattan, merupakan salah satu ikon nasional Amerika, dan pernah memegang rekor sebagai jembatan gantung terpanjang di dunia. Jembatan ini dibangun oleh seorang insinyur bernama John A. Roebling. Meski dicibir atas ide gilanya membangun sebuah jembatan di atas sungai, ia tetap membangun jembatan tersebut. Naas, John mengalami kecelakaan dan karena menolak pengobatan lebih lanjut, ia meninggal dunia. Proyek tersebut diambil alih oleh anaknya, Washington A. Roebling. Sayangnya, Washington mengalami decompression sickness sehingga mengalami kelumpuhan. Hal ini mengakibatkan pembangunan jembatan sempat terbengkalai. Tanpa dapat berbicara, Washington tetap pantang menyerah dan bertekad penuh untuk menyelesaikan jembatan tersebut. Dengan mengetuk-ngetukkan jari tangannya ke tangan istrinya sebagai alat komunikasi satu-satunya, ia memberikan instruksi kepada para teknisi. Meski memakan waktu 13 tahun, pembangunan jembatan tersebut berhasil dilakukan dan kini berdiri dengan megahnya.
Dalam Alkitab kita bisa belajar dari sikap Yosua yang tidak pantang menyerah. Ketika bangsa Israel bersiap-siap memasuki tanah Kanaan, Yosua bersama sebelas orang lainnya diutus Musa mengintai negeri itu. Sepuluh pengintai pulang membawa kabar yang membuat orang Israel gentar, hanya Yosua dan Kaleb yang mengajak bangsa Israel untuk tidak menyerah. Mungkin saat ini, kita seperti Yosua yang dipilih untuk suatu pekerjaan yang sulit, membuat kita takut, tawar hati, gentar, dan gelisah. Namun alih-alih fokus pada keterbatasan kita, mari belajar dari sikap Yosua yang menunjukkan sikap pantang menyerah karena ia yakin bahwa Tuhan pasti menggenapi janji-Nya. Tuhan pasti memampukan kita melalui segala pergumulan yang tengah kita hadapi. Meski segala sesuatu terlihat mustahil di titik ini, mari lakukan yang terbaik, bergantung sepenuhnya pada Tuhan, dan beriman bahwa Tuhan akan selalu menyertai kita. [CK]