Ada pernyataan menarik yang dikatakan Zig Ziglar dalam bukunya yang berjudul Ziglar On Selling, "Para penjual gagal melakukan penjualan mereka karena mereka berasumsi bahwa segala sesuatu sudah diselesaikan." Penjualan bukanlah sesuatu yang pasti sebelum pesanan ditandatangani, dikirim, dibayar, dan customer merasa puas. Di dalam dunia finansial, ada kajian Behavioral Finance yang membahas bias/ketimpangan termasuk salah satunya terlalu percaya diri (over-confidence). Bias over-confidence didefinisikan sebagai kesalahan investor dalam mempercayai kemampuan analisisnya dan mengarah pada prediksi yang keliru. Penilaian mereka akan kecerdasan dan informasi yang mereka miliki terlalu tinggi dari keadaan sebenarnya. Hal ini berlaku dalam banyak aspek kehidupan. Memang benar, rasa percaya diri adalah hal yang esensial, tetapi kepercayaan diri yang berlebihan/over-confidence mengakibatkan arogansi. Seperti yang terjadi pada Mike Tyson, mantan juara dunia tinju kelas berat yang dikalahkan KO oleh James Buster Douglas.
Over-confidence dapat menjerumuskan orang ke dalam kesombongan yang terselubung. Ingat kisah Daud saat ia menjadi raja Israel sepenuhnya setelah kematian Saul. Daud mulai over-confidence terhadap kekuatan militernya setelah menghitung jumlah orang Israel, sehingga ia tidak lagi mengandalkan Tuhan. Akibatnya Tuhan murka dan menghukum bangsa Israel dengan membunuh 70 ribu orang diantara mereka (1 Tawarikh 21). Ketika Anda over-confidence, Anda akan salah menilai pendapat, kepercayaan atau kemampuan Anda. Saat Anda memiliki kepercayaan diri lebih dari yang seharusnya, Anda tidak dapat memberikan parameter objektif akan situasi tertentu. Jangan sampai kita mengalami penyesalan karena over-confidence, karena secanggih apapun perhitungan manusia, selalu ada kemungkinan gagal. Biarkanlah setitik keragu-raguan tetap hidup di antara keyakinan dan optimisme, agar kita senantiasa waspada dan mengandalkan Tuhan.[LS]