Ibadah yang dikenal secara umum adalah ibadah raya di hari minggu, ibadah wanita, ibadah youth, doa malam, dan lain sebagainya. Kita sudah berulang kali menjalani ibadah tersebut sampai kita hapal dengan urutan tata cara ibadah itu sendiri. Lantas, mengapa harus ada kata ‘latih’ di dalam bacaan Alkitab hari ini? Dalam satu tahun ada 52 minggu. Berarti ada 52 kali ibadah raya hari minggu, belum termasuk ibadah-ibadah lainnya. Pertanyaannya, dari 52 kali ibadah tersebut, berapa banyakkah ibadah kita yang terhitung di hadapan Tuhan? Ibadah yang diliputi dengan hati penuh kerinduan akan Dia, haus akan Firman Tuhan dengan mendengarkan khotbah pendeta dengan sungguh-sungguh, bahkan mencatat ringkasan khotbah, dan yang terpenting memusatkan pikiran hanya pada saat itu (be present at that time) dan tidak memikirkan hal-hal atau masalah lainnya yang sedang kita hadapi? Renungan hari ini mengajak kita untuk merenungkan bagaimana sikap kita dalam beribadah. Apakah kita sudah beribadah dengan sungguh-sungguh? Ataukah fokus kita masih sering teralihkan oleh pikiran-pikiran duniawi seperti rasa lapar, pergumulan berat yang mendera, hingga dorongan kuat dan tak tertahankan untuk mengecek pesan ataupun media sosial di handphone kita?
Melatih diri untuk beribadah dengan sungguh-sungguh memang tidak mudah. Ayat Alkitab mengatakan bahwa roh memang penurut tetapi daging lemah. Untuk itulah kita memerlukan komitmen kuat untuk menyalibkan kedagingan kita. Seperti halnya ujian, kita tidak mungkin berhasil dalam satu kali percobaan. Sering kali setelah beberapa kali gagal, akhirnya kita berhasil, namun kemudian ada kalanya apabila kita tidak menjaga diri dengan hati-hati, kita akan terjatuh lagi. Maka dari itu, diperlukan latihan terus menerus agar kita bisa selalu menjaga sikap kita serta memberikan diri kita untuk Tuhan saat beribadah. [CK]