Penelitian dari Journal of Psychiatry yang dilakukan oleh Karl Peltzer, Supa Pengpid, dan Siyan Yi di tahun 2017 menemukan bahwa pemikiran bunuh diri seringkali terkait dengan pengalaman dilecehkan secara seksual saat masih anak-anak, gejala depresi, terlibat perkelahian fisik, performa akademis yang buruk, faktor sosial-lingkungan termasuk hidup dengan orangtua atau wali, dan keterlibatan yang rendah dalam kegiatan religius. Tekanan sosial merupakan hal yang harus kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai anak-anak Tuhan, kita harus ingat bahwa Tuhan menciptakan kita sebagai masterpiece-Nya yang sempurna dan unik. Tidak ada satu orang pun yang sama identik dengan orang lain, bahkan saudara kembar sekalipun. Hal ini menyadarkan kita bahwa kita tidak mungkin bisa menyamakan kehidupan kita dengan orang lain. Hidup ini adalah kesempatan. Akan terlalu berharga apabila kesempatan tersebut disia-siakan hanya untuk mengikuti tuntutan sosial tanpa menggali lebih lanjut apakah hal tersebut sesuai dengan kehendak Tuhan atas hidup kita. Alih-alih berada dalam lingkungan pergaulan yang terus menerus menuntut, kita sebaiknya mencari komunitas yang baik dan membangun, seperti komunitas sel di gereja NDC yaitu CORE (Community of Revival). Lingkungan yang menerima Anda akan membuat Anda merasa berharga. Namun yang terutama, percayalah bahwa Tuhan mengasihi Anda. Tidak peduli hal apapun yang pernah Anda perbuat di masa lalu, ingatlah bahwa diri Anda berharga di mata Tuhan. [CK]