Maret 2018 / MEMIMPIN GENERASI MILENIAL

Generasi milenial merupakan sebuah kata yang belakangan ini ramai diperbincangkan, dan kata ini merujuk pada generasi yang lahir pada awal 1980 hingga pertengahan 1990. Generasi milenial memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan generasi sebelumnya. Keunikan Generasi Milenial meliputi cara berpikir yang di luar kebiasaan, motivasi bekerja yang bervariasi, kesukaan mereka terhadap segala sesuatu yang bersifat instan, dan kehausan akan pengakuan dari orang lain.

Generasi milenial diperkirakan akan mendominasi sekitar 60 persen dari dunia kerja pada tahun 2020. Dua tahun mendatang, generasi milenial merupakan golongan masyarakat produktif berusia 20 awal hingga 30 akhir. Memimpin generasi ini bisa jadi merupakan tantangan yang besar untuk generasi yang lebih tua, yang diprediksi akan menduduki mayoritas posisi teratas dalam dunia kerja. Karakteristik dan cara berpikir yang cukup jauh berbeda membuat 2 generasi ini harus melakukan banyak adaptasi agar bisa tercipta suasana kerja yang harmonis. Berikut adalah tips bagi generasi lebih tua dalam memimpin para milenial.

Pertama, seorang pemimpin perlu menjadi sosok mentor bagi mereka. Generasi milenial tumbuh dalam lingkungan yang mengutamakan hubungan atau koneksi. Media sosial adalah bukti betapa pentingnya koneksi bagi generasi ini. Atasan dipandang tidak hanya sebatas pemberi gaji saja, tetapi diharapkan bisa menjadi panutan sekaligus mentor. Dengan menjadi mentor, seorang atasan juga dituntut untuk dapat memberikan pengakuan dan dorongan positif agar para milenial senantiasa termotivasi dalam bekerja. Keuntungan dari menjadi mentor untuk para milenial adalah ketika hubungan sudah terjalin, para milenial cenderung akan lebih setia bekerja pada atasan tersebut, karena mereka mendapatkan hal yang tidak dapat  dibeli dengan uang, seperti bimbingan, empati, pengakuan, yang merupakan daya tarik tersendiri bagi para milenial untuk bekerja di samping gaji.

Fleksibilitas adalah hal yang sangat penting ketika memimpin para milenial. Generasi ini terbiasa dengan cara berpikir out of the box, dan kreativitas mereka sangat tinggi. Terkadang mereka dapat melahirkan ide-ide yang sangat luat biasa dan inovasi mereka terkesan tanpa batas.  Tetapi karena mereka memiliki pengalaman yang minim di lapangan, ide-ide brilian tersebut terkadang tidak bisa direalisasikan. Pemimpin dari generasi milenial bertugas untuk merangkul segala kreativitas mereka sambil tetap menjaga mereka dalam koridor yang harus dipatuhi agar tidak berkembang dengan liar. Generasi sebelumnya terbiasa dengan pola kerja menunggu instruksi dari atasan, dan dalam proses pengerjaannya tidak banyak menerapkan kreativitas. Hal ini sangat bertolak belakang dengan para milenial. Pemimipin para milenial perlu memberikan mereka goal tanpa membatasi cara kerja sehingga mereka memiliki kesempatan menerapkan cara-cara yang menurut mereka dapat diterapkan. Bukan tidak mungkin metode yang mereka gunakan malah akan mengembangkan goal tersebut ke arah yang lebih baik.

Fleksibilitas tidak hanya melingkupi metode kerja saja, tetapi dapat mencakup jam kerja, busana kerja, dan lain-lain. Para milenial tidak terlalu menyukai lingkungan kerja yang kaku, jam kerja yang selalu 9-5, dan area kerja yang disekat dengan kubikel-kubikel yang dingin. Tugas pemimpin para milenial adalah menciptakan koridor agar mereka dapat bebas berekspresi sehingga kreativitas mereka tidak terkungkung, tetapi di tidak melewati batas yang ada, atau pada intinya pemimpin menerapkan fleksibilitas yang bertanggung jawab. 

Sudah bukan rahasia lagi bahwa tingkat kesetiaan dalam bekerja para milenial sangat rendah. Mereka cenderung berganti pekerjaan setiap 2 atau 3 tahun. Perbedaan terbesar para milenial dengan generasi yang sebelumnya adalah bahwa generasi sebelumnya bekerja karena uang, sedangkan para milenial lebih mengejar kepuasan pribadi. Keseimbangan antara pekerjaan, hidup dan sosial adalah impian setiap milenial. Tidak jarang para milenial yang meninggalkan karir yang bagus dalam perusahaan besar, dan memulai karir yang sesuai dengan panggilan hatinya. Mereka lebih suka memiliki karir yang bisa memberikan mereka pengalaman yang bisa dijadikan bahan untuk mereka unggah ke media sosial dibandingkan karir yang hanya dapat memberikan mereka aset.

Solusi untuk masalah ini adalah perusahaan harus memiliki nilai lain di samping hanya bertujuan untuk mengeruk keuntungan. Ketika  para milenial menemukan bahwa nilai yang perusahaan tempat mereka bekerja sama dengan nilai-nilai yang mereka pegang, mereka cenderung akan lebih setia. Di samping itu, generasi ini adalah generasi yang cepat bosan sehingga mereka harus senantiasa diberikan tantangan. Bayaran yang sepadan, jika dibarengi dengan keselarasan nilai, dan tantangan berkembang akan lebih bisa membuahkan kesetiaan para milenial dalam bekerja.

Walaupun banyak pandangan negatif tentang para milenial dan sepak terjang mereka, harus diakui bahwa generasi ini terlahir sedikit banyak dari didikan generasi sebelumnya. Daripada hanya senantiasa mencibir, lebih baik semua pihak bersama-sama mencari solusi agar jurang perbedaan yang telah ada tidak semakin lebar, dan keharmonisan dapat tercapai.  (EV)

©2017 NDC Ministry. All Rights Reserved.
Powered by GerejaSoft.com